October 2018 ~ Akademi Asuransi

OJK belum paham asuransi


Terkuaknya masalah likuiditas PT Asuransi Jiwasraya ke permukaan menjadi pertanyaan pada peranan dan fungsi pengawasan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sejak berdiri tahun 2013, lembaga ini sudah mempunyai instrumen pengawasan terhadap lembaga jasa keuangan (LJK) termasuk asuransi, baik itu secara langsung maupun tidak langsung.

Namun pengawasan secara langsung maupun tidak langsung tersebut, belum dilaksanakan oleh regulator secara baik, sehingga terjadilah kealpaan dan ketidakpahaman OJK menyelesaikan masalah perusahaan asuransi.

Pengawasan secara langsung dilakukan lewat pemeriksaan atau pelaporan rutin, terkait kinerja, penilaian risiko dan kesehatan keuangan perusahaan. Kemudian mewaspadai direksi dan komisaris perusahaan yang mempunyai reputasi buruk.

Sementara pengawasan tidak langsung, dilakukan melalui sistem pelaporan semisal assessment manajemen risiko dan instrument compliance lainnya.


Pengawasan OJK terlihat lemah karena tidak mengetahui seluk beluk perusahaan asuransi. Mereka tidak mengetahui proses bisnis, sehingga tidak mengetahui jika ada penyimpangan di perusahaan tersebut seperti memahami laporan risk based capital dan tata kelola risiko.

Seharusnya, OJK diisi oleh para praktisi yang sudah mempunyai pengalaman di dunia asuransi selama 15 hingga 20 tahun. Di sisi lain, OJK semestinya turun ke lapangan untuk memeriksa secara detail apabila terjadi penyimpangan atau permasalahan di industri asuransi, kemudian menyampaikan laporan ke bagian bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen (EPK).

Apabila ada perusahaan asuransi yang menjanjikan tawaran imbal hasil tinggi, seharusnya OJK juga tidak memberikan izin produk tersebut. Karena mendapatkan return tinggi adalah sesuatu yang sulit. Perusahaan asuransi juga harus cari alternatif return dari investasi lain, untuk membayar return pemegang polis ketika kondisi pasar sedang sulit.•

Ditulis oleh: Hotbonar Sinaga / Pengamat Asuransi
Sumber: Kontan

https://www.akademiasuransi.org/search/label/Buku

Share:

Pertemukan Pelaku Asuransi, AAUI Gelar 24th Indonesia Rendezvous


Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) kembali menggelar 24th Indonesia Rendezvous (IR), 24-27 Oktober 2018 di Bali Nusa Convention Centre (BNCC), Nusa Dua, Bali. Acara berskala internasional ini mengambil tema "From Potential to Reality, 2019 and Beyond".

IR merupakan ajang bertemu, bertukar pikiran, dan terjalinnya kerja sama yang melibatkan lebih dari 450 peserta dari 13 negara dari berbagai perusahaan asuransi, broker, maupun reasuransi yang datang dari Korea Selatan, Jepang, Singapura, Malaysia, Thailand, hingga Inggris.

Ketua Bidang Hubungan Internasional AAUI, Adi Pramana mengatakan bahwa pihaknya ingin industri asuransi umum lebih mengambil peranan dalam mensejahterakan masyarakat, mengurangi beban keuangan pemerintah dalam mengatasi bencana, dan lebih memajukan perekonomian bangsa.

"Oleh karena itu lah, kami dari asosiasi didukung penuh oleh pemerintah Indonesia serta para pelaku industri, baik dalam dan luar negeri, ingin memberikan pandangan yang seluas-luasnya terhadap apa yang saat ini terjadi dan bagaimana industri asuransi umum dapat berkontribusi lebih besar lagi di 2019 dan seterusnya," katanya di Nusa Dua, Bali, Rabu (24/10/2018).

Senada dengan Adi Pramana, Ketua Panitia IR tahun ini, Rismauli Silaban mengatakan, tujuan IR digelar untuk memberikan pandangan bagi pelaku bisnis industri asuransi umum yang datang dari berbagai negara agar dapat merefleksikan diri dengan menggali berbagai potensi maupun menciptakan kesempatan, baik dari dalam maupun dari lingkungan industri asuransi.

"Melalui acara yang kami ramu selama tiga hari ini, berharap dapat memberikan hints atau petunjuk untuk menghadapi realitas di 2019 dan ke depannya," ucapnya.

Beberapa nama dijadwalkan hadir pada acara bergengsi ini, salah satunya adalah Riswinandi selaku Kepala Eksekutif Pengawas Industri Non-Bank OJK yang akan memberikan keynote speech sekaligus membuka acara IR secara resmi pada esok hari.

Turut hadir para panelis dari dalam dan luar negeri yang berpengalaman dan ahli di bidang ekonomi nasional maupun global, konsultan, praktisi asuransi, dan tentunya regulator Indonesia.

https://www.akademiasuransi.org/search/label/Buku

Rangkaian kegiatan IR tahun ini akan dibuka dengan gala dinner sebagai penanda selamat datang kepada para peserta yang digelar malam ini, Rabu (24/10/2018). Dilanjutkan esok hari dengan opening ceremony, lalu diskusi panel dengan tema Actualizing Positive Environment, dan pada hari terakhir, Jumat (26/10/2018), diskusi panel akan mengangkat tema Improvements from Within.

Salah satu yang menarik pada tahun ini, Rendezvous Room akan dibuka sejak awal acara, sehingga para peserta leluasa untuk mengadakan pertemuan dan berharap dapat memfasilitasi pertemuan-pertemuan penting untuk pengembangan bisnis industri asuransi umum lebih maksimal lagi. Selain itu, rebranding logo IR dilakukan dengan menampilkan logo IR terbaru yang menggambarkan nuansa bali.

IR 24th didukung oleh PT Reasuransi Indonesia Utama (persero) atau Indonesia Re, PT Reasuransi Nusantara Makmur atau Nusantara Re, PT Reasuransi Nasional Indonesia atau Nasional Re, PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk atau Tugu Insurance, Asuransi Astra Buana, Asuransi Tri Pakarta, Asuransi Askrindo, Adira Insurance, AON Benefield Indonesia, Asuransi MSIG Indonesia, Tugu Reasuransi Indonesia, Reasuransi Maipark Indonesia, Asuransi Jasa Indonesia, PT Asuransi Ramayana Tbk, AIG Insurance Indonesia, Asuransi Wahana Tata, LLOYD’S Asia, Asuransi Bumiputera Muda, Asuransi Asei Indonesia, Maskapai Reasuransi Indonesia, Asuransi Tokio Marine Indonesia, Asuransi Bina Dana Artha, Sompo Insurance Indonesia, Guy Carpenter & Company Private Limited, McLarens Indonesia, Asuransi Raksa Praktikara, RKH Speciality Asia Pacific Pte Ltd, PT Jasa Cipta Rembaka, dan Indonesia Eximbank.


Sumber: Warta Indonesia

Penulis: Annisa Nurfitriyani

Editor: Rosmayanti

Foto: Fajar Sulaiman
Share:

Memetik pelajaran di hari asuransi nasional


KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kamis (18/10) diperingati sebagai hari asuransi nasional atau yang lebih populer disebut insurance day. Selain untuk dirayakan, momen tahun ini sepertinya cocok dimanfaatkan sebagai ajang pembelajaran.

Masih ada setumpuk pekerjaan rumah yang mesti dibenahi industri asuransi. Contohnya angka penetrasi asuransi yang masih berkisar di angka 6%. Bahkan hasil survei Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2017 mencatat angka literasi asuransi di Indonesia malah menurun jadi 15,76%. Padahal pada survei tahun 2013, angkanya masih sebesar 17,84%.

Artinya dari 100 penduduk Indonesia, tak sampai 16 orang diantaranya yang sudah mengenal lembaga jasa keuangan asuransi.

Saat tantangan soal literasi masih besar, justru masalah keuangan salah satu pemain besar yang kini terangkat. PT Asuransi Jiwasraya, perusahaan asuransi jiwa milik negara dengan aset sebesar Rp 45,6 triliun di tahun lalu, mengalami masalah likuiditas dalam membayar klaim saving plan yang jatuh tempo.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun mengakui masalah ini patut jadi pembelajaran dalam menjalankan roda bisnis.

Berkaca pada masalah Jiwasraya, Deputi Komisioner Pengawas IKNB II OJK Moch. Ichsanuddin mengatakan, perusahaan asuransi mesti hati-hati kalau menjanjikan imbal yang melekat pada produk yang dipasarkan.

"Kalau menjanjikan return jangan tinggi-tinggi kalau memang susah untuk memenuhinya," kata dia, Kamis (18/10).

Saat sebuah polis saving plan jatuh tempo, perusahaan asuransi harus membayar nilai pokok dan bunga. Makanya, perusahaan asuransi harus melakukan antisipasi dengan menempatkan investasi di instrumen yang likuid.

Penyesuaian antara aset dan kewajiban pun mutlak dibutuhkan. Terutama untuk asuransi jiwa yang perputaran uangnya relatif dalam jangka panjang.

Sementara itu masih ada sejumlah pertanyaan lain terkait masalah yang menerpa Jiwasraya. Misalnya saja dari langkah manajemen baru yang melakukan audit ulang terhadap kondisi keuangan perusahaan. Soal ini, Ichsanuddin bilang pihaknya masih menunggu audit investigasi yang dilakukan BPK dan BPKP untuk bisa mendapat gambaran yang lebih utuh.

Tapi bila dilihat selintas, laporan keuangan Jiwaraya hasil audit ulang memang menunjukan sejumlah perubahan yang cukup signifikan. Ambil contoh pos laba bersih yang terjun bebas dari Rp 2,4 triliun menjadi cuma Rp 360,3 miliar.

Melihat hal ini, ia menyinggung kasus lain yang berkaitan laporan keuangan. Tak lain adalah soal SNP Finance.

Bermula dari kasus gagal bayar MTN, masalah perusahaan pembiayaan tersebut terus melebar. Sampai regulator pun mengganjar sanksi pembatalan pendaftaran kepada Kantor Akuntan Publik Satrio Bing Eny & Rekan (KAP SBE) yang merupakan entitas dari Deloitte Indonesia.

Sanksi ini disebutnya turut jadi perhatian dunia internasional. Efeknya juga membuat auditor kini jadi makin berhati-hati.

Kedua masalah ini, menurut dia, juga harus menjadi pelajaran bagi akuntan publik. Dalam menjalankan tugasnya, mereka harus selalu berpegang pada standar operasional dan pedoman-pedoman lain yang harus ditaati.

"Sehingga ini harus menjadi pelajaran bagi semuanya. Bukan hanya untuk satu atau dua perusahaan asuransi," pungkasnya.




Sumber: Kontan
Reporter: Tendi Mahadi
Editor: Herlina Kartika
Share:

Tak Hanya Kejar Target Premi, OJK Imbau Asuransi Lakukan Literasi


TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Kepala Otoritas Jasa Keuangan Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar), Moch Riezky F Purnomo mengatakan Industri Asuransi merupakan salah satu industri yang penting di dalam sistem keuangan.

Industri asuransi kata Riezky berperan dalam penyerapan resiko bisnis dan mitigasi resiko untuk setiap risk event yang mungkin terjadi dalam dunia bisnis.

Selain itu secara retail industri asuransi juga berperan serta dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Untuk menciptakan image yang baik terhadap asuransi secara keseluruhan, Riezky mengatakan perlu adanya transparansi dalam menawarkan produk dan menjelaskan manfaatnya.

"Harus lebih transparan dan jelas, diterangkan secara mendetail agar masyarakat paham. Jangan sampai hanya mengejar target sehingga ditengah jalan mereka melakukan klaim dan hasil tidak seperti yang diharapkan," ujarnya.


Sumber: Tribunnews
Penulis: Maskartini
Editor: madrosid
Share:

Insurance Day 2018 Fokus pada Generasi Milenial

Jakarta, Gatra.com - Dewan Asuransi Indonesia (DAI) selenggarakan serangkaian kegiatan pada Insurance Day 2018.

“Ini merupakan salah satu kalender industri asuransi Indonesia dalam mendukung kegiatan pemerintah, meningkatkan literasi dan edukasi keuangan. Sekaligus kita ingin membantu meningkatkan dan memajukan penetrasi kesadaran berasuransi di Indonesia,” jelas Ketua Dewan Asuransi Indonesia, Dadang Sukresna, di Jakarta, Kamis (18/10).

Melanjutkan tema terdahulu yang telah menjadi jargon industri asuransi yakni “Mari Berasuransi”, Insurance Day 2018 mengangkat sub tema “Cerdas, Sejahtera, dan Mandiri”.

“Tema ini menggambarkan tujuan bersama industri asuransi Indonesia, untuk dapat meningkatkan pemahaman asuransi, khususnya meningkatkan literasi dan inklusi keuangan. Kita ingin mendorong ketersediaan akses dan layanan keuangan yang menyentuh seluruh lapisan masyarakat di Indonesia,” tambah Dadang.

Berdasarkan catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per 2017, indeks literasi asuransi di Indonesia baru mencapai 15,76%. Angka ini turun dari survei 2013 lalu di angka 17,84%. Sementara tingkat utilitas mencapai 12,08%, tidak berubah jauh dari survei 2013 yang sebesar 11,81%.

Ini berarti, dari 100 orang Indonesia hanya 15 sampai 16 orang yang mengenal lembaga jasa keuangan asuransi. Sementara hanya ada 12 orang yang sudah menggunakan jasa asuransi.

“Penetrasi asuransi di Indonesia saat ini baru mencapai sekitar 6-7 %. Jumlah ini terbilang masih sangat kecil dibandingkan populasi Indonesia yang mencapai lebih dari 265 juta jiwa, yang memiliki asuransi baru mencapai 1,7%,” ujar Dadang.

Ia menambahkan, dari jumlah penduduk yang begitu besar, tentunya kenaikan penetrasi 1% saja akan terlihat peningkatan yang cukup besar dari sisi jumlah orang yang memahami pentingnya berasuransi.
Kegiatan Insurance Day 2018 fokus pada generasi milenial. Pasalnya, berdasarkan data BPS, jumlah usia yang masuk pada generasi milenial (usia 17-35 tahun) atau disebut juga sebagai Gen “Y”, mencapai angka 30,1%. Generasi ini dianggap sebagai kekuatan besar perekonomian bangsa ke depan, sebagai generasi yang didukung oleh kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan.

Insurance Day 2018 melakukan kegiatan literasi keuangan secara serentak di 15 kota bertajuk “Goes To Campus”, melalui seminar dan kuliah umum. Mulai dari Banda Aceh, Medan, Palembang, Semarang, Jogjakarta, Surakarta, Surabaya, jember, Bali, Banjarmasin, Samarinda, Makassar, Manado, dan Jayapura. Puncak acara Insurance Day 2018 akan diselenggarakan pada 16-18 November 2018 mendatang di Bandung.

Reporter: Didi Kurniawan
Editor: Flora L.Y. Barus
Sumber: Gatra
Share:

OJK Bebaskan Distribusi Asuransi Lewat Digital

Bisnis.com, JAKARTA – Pada peringatan hari asuransi nasional ke-13, rendahnya literasi masyarakat terhadap asuransi menjadi persoalan utama bagi para pengusaha perusahaan asuransi.

Data OJK 2017 menyebutkan literasi asuransi di Indonesia baru mencapai 15,76% angka ini turun 2,12% dibandingankan dengan 2013 yang sebesar 17,84%.

Kemudian, untuk tingkat utilitas mencapai 12,08%, turun dibandingkan dengan tahun 2013 yang sebesar 11,81%

Dari data tersebut dapat diartikan bahwa dari 100 orang Indonesia, hanya terdapat 16 orang yang mengenal produk asuransi dan hanya 12 orang yang memiliki polis.

Penurunan literasi masyarakat terhadap asuransi ini dipertanyakan mengingat jumlah pengguna internet terus meningkat dari tahun ke tahun. Dengan keterbukaan informasi ini, seharusnya, literasi masyarakat akan asuransi kian membaik.

Berdasarkan data website emarketer, pada tahun 2018 Indonesia menduduki peringkat ke-6 di dunia sebagai pengguna internet terbanyak dengan total pengguna kurang lebih 123 juta orang.

Artinya lebih dari setengah masyarakat Indonesia sudah ‘melek’ teknologi digital. Potensi inilah yang nampaknya belum dimanfaatkan secara maksimal.

Dukungan OJK
Melihat permasalahan  ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberi lampu hijau kepada industri asuransi untukm memanfaatkan akses digital.

Deputi Komisioner Pengawas IKNB II, Moch. Ihsanuddin mengungkapkan pemerintah bersama lembaga keuangan sepakat mendorong inklusi masyarakat ke sektor jasa keuangan dengan target 75% pada akhir 2019.

Ihsanudin menambahkan untuk mempermudah penertrasi kepada masyarakat, OJK memberikan keluasan kepada perusahaan asuransi untuk memanfaatkan sarana digital.

Dia meyakini saat ini belum diperlukan regulasi yang mengatur pemasaran asuransi lewat digital.
“Apakah [Insurtech] harus diatur? Kalau mereka mau memasarkan lewat itu monggo yang penting, laku dan tidak merugikan pemegang polis, nah ini perlu dikaji secara komprehensif,” kata Ihsanudin di Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (18/10/2018).

Dia menjelaskan lahirnya regulasi pemasaran asuransi lewat digital atau insurtech dikhawatirkan akan mengekang pelaku usaha asuransi dalam melakukan penetrasi.

Regulasi tersebut, lanjutnya, juga dikhawatirkan membuat para agrigator asuransi digital beralih  ke agen dalam memasarkan asuransi tanpa mengantongi lisensi.

“Jangan sampai agrigator menutup polis kemudian menjadi agen karena agrigator belum tentu punya lisensi keagenan, ngawur nanti,” ujar Ihsanudin.

Ihsanuddin juga menerangkan tidak semua pemasaran digital harus diatur. OJK selektif dalam mengeluarkan regulasi, selama keamanan industry dan konsumen masih terjamin.

“Kita enggak bisa atur semua, emang OJK gusti Allah, kita harus pilah dan pilih mana yang perlu diatur mana yang tidak, kita harus melindungi industry dan konsumen juga, jangan semuanya diatur,” imbuhnya.

Saat ini OJK baru mengatur regulasi untuk peer-to-peer lending dan penjaminan yang termaktub dalam POJK no.77/2016 dan POJK no.2/2017.

Ketua Dewan Asuransi Indonesia, Dadang Sukresna mengatakan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat Indonesia terhadap asuransi, maka diangkatlah tema “Mari Berasuransi, Cerdas, Sejahter dan Mandiri,” pada hari asuransi nasional tahun ini.

Dia menambahkan tema tersebut memiliki arti bahwa industri asuransi berkeinginan kuat dalam meningkatkan pemahaman berasuransi, mendorong ketersediaan akses dan layanan keuangan yang menyentuh seluruh lapisan masyarakat.

“Dari jumlah penduduk yang begitu besar, kenaikan penetrasi 1% terlihat cukup besar dari sisi jumlah orang yang memahami pentingnya berasuransi,” kata Dadang

Sasar  Milenial
Berdasarkan catatan Dewan Asuransi Indonesia, penetrasi asuransi kepada masyarakat baru sebesar  7% , adapun jumlah penduduk Indonesia yang memiliki polis sebanyak 4,5 juta jiwa atau 1,7% dari 265 juta jiwa penduduk Indonesia.

Dalam upaya memperkenalkan asuransi tersebut, Dewan Asuransi Indonesia  melakukan kegiatan literasi serentak “goes to campus” di 18 kota melalui seminar mengenai asuransi. Acara literasi bahkan mencatatkan rekor MURI sebagai “Literasi Asuransi Terbanyak”.

Ketua Panitia Insurance Day 2018, Yanti Parapat menjelaskan alasanar seminar asuransi dilakukan di kampus-kampus karena  milenial diyakini sebagai pasar potensial dan cocok dengan produk asuransi.
Berdasarkan data BPS 2018, jumlah generasi milenial (usia 17-35 tahun) saat ini mencapai 79,5 juta jiwa. “Strategi asuransi tahun ini adalah enhancing hubungan antara asuransi dengan passion milenial yang dikemas menjadi suatu festival,” kata Yanti.

 Puncak acara Hari Asuransi Nasional dipusatkan di Bandung, Jawa Barat.

Sumber: Bisnis
Share:

Literasi Asuransi di Indonesia Menurun


JAKARTA, (PR).- Indeks literasi asuransi di Indonesia sangat renah yaitu baru mencapai 15,76 %. Angka tersebut bahkan turun dibandingkan survey indeks literasi asuransi di Indonesia tahun 2013 yang ‎telah mencapai 17,84 %.

Ketua Dewan Asuransi Indonesia, Dadang Sukresna, mengatakan kondisi itu menunjukan hanya 15-16 orang di Indonesia yang mengenal lembaga jasa keuangan asuransi. Sementara tingkat utilitas mencapai 12,08 % atau hanya sekitar 12 dari 100 orang yang sudah nenggunakan jasa asuransi.
"Penetrasi asuransi di Indonesia saat ini baru sekitar 6-7%. Jumlah ini terbilang masih sangat kecil dibandingkan populasi Indonesia yang lebih dari 265 juta jiwa‎,"ujar diaa saat konferensi pers di Jakarta, Kamis, 18 Oktober 2018.

Dadang mengatakan, kenaikan penetrasi 1 % saja akan berdampak signifikan pada peningkatan jumlah orang yang memahami pentingnya berasuransi.‎ "Itulah sebabnya pada peringatan Hari Asuransi 2018 ini, kami berharap akan terjadi peningkatan pengetahuan dan keasadaran masyarakat akan asuransi," ujar dia.

Berpusat di Bandung
Peringatan Hari Asuransi 2018 berpusat di Kota Bandung, Jawa Barat dengan menyelenggarakan serangkaian kegiatan Exhibition, CSR, dan Fun walk tanggal. Kota Bandung dipilih karena memiliki sumber daya manusia yang kreatif, aktif, dan inovatif.

Ketua Panitia Hari Asuransi 2018, Yanti Parapat, mengatakan peringatan juga dilakukan di beberapa kota lainnya seperti Medan, Palembang, Jawa Tengah, Yogyakarta, Surabaya, Bali, Banjarmasin, Makasar, Manado, dan Jayapura.

"Dipilihnya Kota Bandung sebagai pusat kegiatan Insurance Day tanggal 18 November tahun ini karena Bandung dikenal memiliki sumber daya manusia yang kreatif, aktif, dan inovatif, tentunya memerlukan akses keuangan yang inklusif. Sehingga dapat meningkatkan pemahaman literasi dna inklusi tentang asuransi kepala anak-anak muda di Kota Bandung,"tutur Yanti saat konferensi pers di Jakarta, Kamis, 18 Oktober 2018.

Dia mengatakan, produk asuransi erat hubungannya untuk mendukung passion milenial. Oleh karnea itu, strategi Hari Asuransi tahun ini adalah menghubungkan antara asuransi dan passion milenial yang dikemas menjadi suatu festival. "Masyarakat akan turut andil menjadi bagian seluruh kegiatan," ujar Yanti.

Yanti menambahkan, inklusi keuangan menjadi salah satu kebijakan pemerintah dalam mendukung pembangunan nasional. Hal itu tertuang dalam Perpres Nomor 82 tahun 2016 tentang Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI).

"Melalui SNKI tersebut, pemerintah bersama-sama Kementrian Keuangan dan lembaga terkait sepakat untuk mendorong upaya peningkatan inklusi masyarakat ke sektor jasa keuangan dengan target 75 % pada akhir 2019," ujar dia.

Deputi Komisioner Pengawas Industri Keuangan Non Bank II Otoritas Jasa Keuangan, Moch Ichsanuddin, mengatakan‎ dirinya sebagai regulator menyambut baik peringatan hari asuransi yang puncaknya akan dilaksanakan di Kota Bandung. Kota tersebut merupakan prototype yang cukup lengkap untuk produk asuransi LGBT (longsor, gempa, banjir, tsunami).

"Artinya pilihan Bandung cukup menarik jadi produk asuransi milenial dan juga asuransi LGBT. Kita juga harus belajar dari negara yang sudah maju untuk mengeluarkan asuransi bencana. Kita perlu Kaji bersama agar produknya menarik," ujar dia.

Dia menambahkan, peran industri asuransi dalam pembangunan nasional perlu terus didorong ‎perannya. Dengan demikian, asuransi mampu berpartisipasi aktif mewujudkan perekonomian nasional yang mampu tumbuh secara stabil dan berkelanjutan.***

Sumber: Pikiran Rakyat
Share:

Dari 100 orang Indonesia, baru 12 yang menggunakan jasa asuransi


Merdeka.com - Ketua Dewan Asuransi Indonesia (DAI), Dadang Sukresna mengakui bahwa penetrasi asuransi di Indonesia saat ini baru mencapai sekitar 6 persen - 7 persen. Jumlah ini terbilang masih sangat kecil dibandingkan populasi Indonesia yang mencapai lebih dari 265 juta jiwa, yang memiliki asuransi baru mencapai 1,7 persen.

"Dari jumlah penduduk yang begitu besar, tentunya kenaikan penetrasi 1 persen saja akan terlihat peningkatan yang cukup besar dari sisi jumlah orang yang memahami pentingnya berasuransi," kata Dadang dikutip keterangannya di Jakarta, Jumat (19/10).

Berdasarkan catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per 2017, indeks literasi asuransi di Indonesia baru mencapai 15,76 persen. Angka ini turun dari survei tahun 2013 lalu di angka 17,84 persen. Sementara tingkat utilitas mencapai 12,08 persen, tidak berubah jauh dari survei 2013 di angka 11,81 persen.

Terjemahan dari data tersebut, dari 100 orang Indonesia hanya 15 sampai 16 orang yang mengenal lembaga jasa keuangan asuransi. Sementara hanya ada 12 orang yang sudah menggunakan jasa asuransi.

Guna menggenjot penetrasi asuransi, DAI meresmikan serangkaian kegiatan Insurance Day 2018, yang merupakan salah satu kalender industri asuransi Indonesia dalam mendukung kegiatan pemerintah, meningkatkan literasi dan edukasi keuangan di tengah masyarakat sekaligus membantu meningkatkan dan memajukan penetrasi kesadaran berasuransi di Indonesia.

Dadang menyebut, tema kegiatan tahun ini adalah 'Mari Berasuransi' dengan mengangkat sub tema yaitu Cerdas, Sejahtera dan Mandiri. Melalui tema ini, pihaknya ingin menggambarkan tujuan bersama industri asuransi Indonesia, untuk dapat meningkatkan pemahaman asuransi, khususnya meningkatkan literasi dan inklusi keuangan, dalam mendorong ketersediaan akses dan layanan keuangan yang menyentuh seluruh lapisan masyarakat di Indonesia.

Kegiatan Insurance Day 2018 fokus pada generasi milenial, dengan melakukan kegiatan literasi keuangan secara serentak atau bersamaan di 15 kota bertajuk 'Goes To Campus', melalui seminar dan kuliah umum, antara lain di kota Aceh, Medan, Palembang, Semarang, Jogjakarta, Surakarta, Surabaya, jember, Bali, Banjarmasin, Samarinda, Makassar, Manado, dan Jayapura. Sementara Puncak acara Insurance Day 2018 akan diselenggarakan pada 16-18 November 2018 di Kota Bandung.

"Terkait kegiatan literasi keuangan yang dilaksanakan selama Insurance Day 2018, dengan bangga kami sampaikan, Musium Rekor Indonesia (MURI) telah memberikan penghargaan sebagai salah satu kegiatan 'Literasi Asuransi Terbanyak' yang dilaksanakan di 15 kota," ujar Dadang.

Ketua Panitia Insurance Day 2018, Yanti Parapat mengatakan, produk asuransi erat hubungannya untuk mendukung passion milenial. Strategi Insurance day Tahun ini ialah enhancing hubungan antara asuransi dan passion milenial yang dikemas menjadi suatu festival dalam bentuk kegiatan exhibition, CSR dan Fun Walk, di mana masyarakat akan turut andil dan menjadi bagian seluruh kegiatan.

Insurance day 2018 berpusat di kota Bandung Jawa Barat, dengan menyelenggarakan serangkaian kegiatan Exhihibition, CSR dan Fun Walk, selain itu pelaksanaan Insurance Day juga dilaksanakan di beberapa kota lainnya antara lain; Medan, Palembang, Jawa Tengah, Jogjakarta, Surabaya, Bali, Banjarmasin, Makassar, Manado dan Jayapura

"Dipilihnya kota Bandung sebagai pusat kegiatan Insurance Day tahun ini, karena Bandung dikenal memiliki sumber daya manusia yang kreatif, aktif dan inovatif, tentunya memerlukan akses keuangan yang inklusif. Sehingga dapat meningkatkan pemahaman literasi dan inklusi tentang asuransi kepada anak-anak muda di kota Bandung," tutur Yanti.


Sumber Merdeka
Share:

Kasus Jiwasraya terkuak, pengawasan terhadap eksekutif asuransi dinilai minim

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Terangkatnya masalah likuiditas PT Asuransi Jiwasraya ke permukaan turut mengundang pertanyaan terkait fungsi pengawasan yang dimiliki Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Maklum saja, lagi-lagi nasabah yang harus kembali dirugikan.

Pengamat asuransi sekaligus Ketua Sekolah Tinggi Manajemen Risiko & Asuransi (STIMRA) Jakarta, Hotbonar Sinaga menyebut, sejak kelahiran wasit industri keuangan ini pada 2013 lalu, OJK memang sudah punya instrumen pengawasan terhadap lembaga jasa keuangan (LJK) termasuk asuransi, baik itu secara langsung, maupun tidak langsung.

Pengawasan secara langsung dilakukan lewat pemeriksaaan rutin atau bila ada laporan dari pihak terkait. Sementara pengawasan tidak langsung, dilakukan melalui sistem pelaporan semisal assesment manajemen risiko dan instrumen compliance lainnya.

Namun rupanya itu tak cukup. Menurut Hotbonar, pengawasan terhadap manajemen LJK seperti jajaran direksi masih minim. Biasanya dilakukan sebatas mekanisme uji kepatutan dan kelayakan. "Yang sulit dicari tahu adalah integritas para eksekutif ini," kata dia, Minggu (14/10).

Dia bilang regulator harus mewajibkan perusahaan LJK untuk mengimplementasikan whistle blowing system yang menyediakan mekanisme palaporan bila ada penyimpangan yang dilakukan oleh orang dalam. Sanksinya pun harus tegas dan membuat efek jera, semisal dengan penerbitan list of improper executives, yang diterbitkan secara berkala, misalnya tiap kuartal.

Hal ini disebutnya amat penting karena fraud yang dapat menyebabkan LJK bermasalah lazimnya dilakukan oleh direksi yang memikul tanggung jawab bila ada kerugian. Pasalnya, harus dibedakan antara masalah karena faktor internal dan eksternal.

Masalah karena kecurangan manajemen tentunya beda dengan masalah yang disebabkan kondisi ekonomi semisal kondisi pasar modal atau bencana alam.

Hotbonar menambahkan, harus diakui bahwa OJK juga kekurangan tenaga pengawas. Makanya hal ini pun harus dipecahkan misalnya dengan merekrut tenaga-tenaga baru yang berintegritas seperti dari kalangan praktisi.

Sumber Kontan.co.id
Share:

AAJI Edukasi Masyarakat Sadar Asuransi

TRIBUNJOGJA.COM/ HANIF SURYO
TRIBUNJOGJA.COM - Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) DIY menilai kesadaran masyarakat untuk ikut asuransi masih sangat rendah.

Hal tersebut terlihat dari penetrasi asuransi jiwa yang masih kecil dibanding populasi masyarakat Indonesia.

Ketua AAJI DIY, Dwi Yanto, mengatakan rendahnya pemahaman masyarakat akan pentingnya berasuransi ini merupakan tantangan utama dari industri asuransi jiwa.

"Di DIY berdasar catatan kami baru sekira 2 persen yang melek asuransi atau mereka yang betul-betul paham pentingnya asuransi," kata Dwi Yanto pada media gathering Insurance Day di Silol Cafe, Selasa (16/10/2018).

Lebih lanjut, menurutnya dari 2 persen pemegang asuransi di DIY yang terbanyak ialah asuransi pendidikan serta jaminan hari tua.

"Mengenai kurangnya edukasi  tentang asuransi kami akui memang terjadi. Sekarang misalnya, kami tentu cukup kesulitan mengedukasi tentang asuransi terhadap warga di pelosok Gunungkidul atau Kulonprogo sekalipun," ujarnya.

Bertepat Hari Asuransi yang akan jatuh 18 Oktober 2018 mendatang, AAJI DIY mengadakan rangkaian kegiatan, di antaranya literasi keuangan, fun walk, dan insurance idol.

Adapun literasi keuangan bertajuk 'Insurance Goes to Campus' akan diadakan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Kamis (18/10/2018).

Sekira 200 mahasiwa akan berikan materi mengenai peluang bisnis menjadi perencana keuangan dari pemateri Kepala OJK Yogyakarta, Kepala Cabang AAJI Yogyakarta dan Wakil Ketua AAUI Yogyakarta.

"Kami yakin merupakan aset bangsa dimana yang akan berperan bagi kelanjutan bangsa ini ke depannya,"kata Dwi Yanto.

Tak hanya digelar di UMY, namun kegiatan literasi keuangan ini juga diselenggarakan serentak di 13 kota besar di Indonesia, di antaranya Nanggroe Aceh Darussalam, Medan, Palembang, Semarang, Solo, Surabaya, Banjarmasin, Bali, Makassar, Gorontalo,  dan Jayapura.

"Literasi keuangan ini akan dilakukan pemecahan rekor MURI juga. Jadi nanti di 13 kota itu dengan total 5.000 mahasiswa membaca secara bersama di waktu yang sama dengan buku judul yang sama tentang asuransi,” pungkasnya. (tribunjogja)

Sumber: Tribunjogja.com
Penulis: R.Hanif Suryo Nugroho
Editor: has
Share:

Optimisme Ekonomi Digital Indonesia

© Disediakan oleh PT. Kompas Cyber Media
Presiden Grup Bank Dunia Jim Yong Kim (kiri) bersama Pendiri Alibaba Jack Ma (kanan) menjadi pembicara di sela-sela Pertemuan Tahunan IMF - World Bank Group 2018 di Bali Nusa Dua Convention Center, Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10). Forum diskusi tersebut membahas Disrupting Development: How digital platforms and innovation are changing the future of developing nations.

"Anjing menggonggong kafilah berlalu," begitulah pepatah yang pantas disematkan dalam gelaran bergengsi IMF-World Bank Group annual meeting 2018 di Bali. Gelaran itu baru saja usai. Indonesia terbilang sukses menggelarnya.

Dari berbagai segi boleh dibilang gelaran ini sama apiknya dengan pelaksanaan Asian Games 2018. Jumlah peserta yang fantastis, nilai promo bagi Indonesia, keapikan dalam penyelenggaraan, kesempatan bagi pejabat-pejabat tinggi kita duduk sama tinggi dengan ekonom kelas dunia, serta capaian-capaian penting lainnya.

Tak heran kalau banyak pujian berdatangan dari pemimpin negara-negara dan juga lembaga keuangan dunia. Ini jelas semakin meningkatkan rasa percaya diri kita sebagai bangsa yang diprediksi banyak kalangan menjadi negara dengan ekonomi terbesar keempat pada tahun 2050.
Namun seperti pepatah tadi, selalu ada yang tidak puas. Tetapi sebagai bangsa saya memilih sikap objektif: menerima dengan bangga.

Pertemuan ini sendiri mendatangkan investasi dalam bidang infrastruktur yang nilainya mencapai 202 triliun rupiah. Tak hanya dana, komitmen kerjasama lainnya juga dicapai melalui pertemuan itu. Salah satunya kesepakatan dalam pengembangan SDM (sumber daya manusia) Indonesia dalam hal teknologi.

Kesepakatan ini dicapai bersama salah satu raksasa teknologi dunia asal Tiongkok, Alibaba. Jack Ma melalui Alibaba membantu pengembangan SDM Indonesia dengan program 1.000 pengusaha bidang digital. Bahkan Jack Ma langsung bertindak dengan melibatkan lima brand Indonesia diperdagangkan dalam ajang Single’s Day di China.

Ekonomi Digital
Baiklah, kita fokus pada dampak pertemuan itu terhadap perkembangan ekonomi digital Indonesia. Mengapa? Karena konsumsi dan kehidupan tengah shifting kedalam dunia cyber, ekonomi semakin kolaboratif, dengan munculnya banyak inisiatif yang didasari sharing economy.

Kaum muda - generasi millenial, bukan generasi kolonial, adalah motor penggerak utama dalam transformasi ekonomi menuju ekonomi digital. Di OJK saja, kini kita mulai biasa menyaksikan anak-anak muda berkaos oblong atau bersepatu kets mengurus perijinan sektor keuangan. Mereka itulah para juragan fintech yang merubah peta kompetisi perbankan dunia.

Di rumah, anak-anak muda itu tetaplah anak-anak, tetapi dalam dunia baru itu mereka adalah idola kaum muda. Dan kegiatan mereka itu tak lepas dari mata para menteri keuangan dunia. Itu sebabnya muncul bahasan Bali Fintech Agenda, dengan dorongan untuk merelaksasi aturan dan mendorong pelibatan fintech dalam inklusi keuangan.

Potensi Digital Indonesia
Pada tahun 2016, menurut laporan Huawei dan Oxford Economics yang berjudul Digital Spillover, ekonomi digital dunia mencapai 11,5 triliun dollar. Ini sama dengan 15,5 persen dari GDP dunia. Lalu kurang dari satu dekade kemudian angkanya meningkat luar biasa menjadi 25 persen GDP dunia. Bagaimana dengan potensi digital Indonesia?

Dalam laporannya belum lama ini, McKinsey menyebutkan bahwa ekonomi digital Indonesia sekarang hampir sama dengan China pada tahun 2010, berdasarkan indikator-indikator seperti penetrasi e-retail, GDP per kapita, penetrasi internet, pengeluaran ritel, dan urbanisasi.

Pada tahun 2017, nilai perdagangan online Indonesia mencapai 8 miliar dollar. Nilai ini meningkat menjadi 55 sampai 65 miliar dollar pada tahun 2022. Sedangkan penetrasi pengguna internet meningkat dari 74 persen penduduk menggunakan internet saat ini menjadi 83 persen pengguna di tahun 2022.

Benarlah Jack Ma saat berbicara di IMF-World Bank Group annual meeting beberapa hari yang lalu, "tiga puluh tahun yang lalu, jika tidak ada aliran listrik, maka negara tersebut tidak memiliki harapan. Sekarang, acuannya bukan lagi aliran listrik, melainkan koneksi internet."

Akses internet yang buruk sama artinya dengan hilangnya kesempatan anak-anak muda untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan.

Perlu dicatat, di Asia Tenggara saat ini sudah ada 8 Unicorn dan setengahnya berasal dari Indonesia. Mereka antara lain: Go-Jek, Traveloka, Tokopedia, dan Bukalapak. Begitupun dengan nilai pendanaan yang didapat Indonesia dari venture capital selama tiga tahun ini mencapai 38 persen dari total pendanaan di Asia Tenggara.

Dampak Perdagangan Online
Dengan pencapaian saat ini saja, dampak yang dihasilkan luar biasa. Mengacu pada laporan McKinsey (2018), perdagangan online memiliki dampak di empat area. Pertama, financial benefits. Saya kira ini jelas. Indonesia adalah pasar terbesar untuk e-commerce di Asia Tenggara. Nilainya saat ini kurang lebih 2,5 milyar dollar dan akan menjadi 20 milyar dollar di tahun 2022.
Nilainya meningkat delapan kali dalam kurun lima tahun. Untuk diketahui, 30 persen dari penjualan e-commerce adalah konsumsi baru yang tidak pernah terjadi di perdagangan offline.
Kedua, job creation. Diperkirakan akan ada 26 juta pekerjaan baru di tahun 2022 akibat dari ekonomi digital ini yang kebanyakan dipengaruhi oleh perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Agaknya ini juga yang membuat Jack Ma membuat strategi agar Alibaba fokus pada UMKM di China. Bahkan Jack Ma mengatakan “helping small business to make money is the key”.
Lalu, buyer benefits. Ini bisa dilihat dari harga-harga di marketplace e-commerce yang biasanya lebih murah dari offline. Dengan berbelanja online, konsumen di luar Jawa dapat menghemat 11 sampai 25 persen dibandingkan berbelanja di ritel tradisional.

Terakhir, social equality. Mungkin ini dampak yang kurang kita sadari. Ekonomi digital telah berdampak terhadap kesetaraan gender, inklusi layanan keuangan, pemerataan pertumbuhan dan masalah sosial lainnya. Faktanya, wanita menikmati 35 persen “kue” penjualan online dibandingkan dengan 15 persen pada ritel tradisional. Ini artinya kesetaraan gender memungkinkan dicapai melalui ekonomi digital.

Begitupun dengan pemerataan pertumbuhan ekonomi dan inklusi keuangan yang semakin dinikmati masyarakat. Dengan adanya ekonomi digital, bisnis kecil yang awalnya hanya menjual produknya di kota asalnya saat ini bisa menjual produknya ke luar kota bahkan luar negeri.

Membangun Ekosistem Digital

Singkat kata, pertemuan IMF-World Bank Group ini sangat spesial bagi Indonesia. Lucu kalau masih ada yang mengaitkan dengan utang, sebab agenda yang dibahas bukan soal pinjaman sungguhpun dilaksanakan oleh lembaga pemberi pinjaman. Kita berpikir sehat saja. Ambil manfaatnya untuk masa depan perekonomian kita. Bukankah dunia sedang dipenuhi banyak kerisauan dan mentalitas kalah?

Jadi, kita benahi saja PR-PR yang belum dikerjakan. Tetap fokus, bangun masa depan. Ekosistem digital harus terus dibangun, karena ia memainkan peran untuk membentuk interkoneksi yang membuat segalanya menjadi terhubung. Ini artinya pembangunan infrastruktur logistik harus terus diupayakan.

Begitupun dengan sistem pembayaran digital Indonesia yang masih tertinggal dari negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand. Disini peran fintech yang melayani cashless payment sangat diharapkan untuk mendorong shifting sistem pembayaran.

Penulis: Rhenald Kasali
Editor: Bambang Priyo Jatmiko
Copyright Kompas.com
Sumber: MSN
Share:

Real-Time Risk Management dan Next-Generation Insurance


Oleh: John Drzik
President, Global Risk and Digital at Marsh

Tren saat ini memungkinkan bisnis dan industri asuransi untuk bergerak ke arah pendekatan baru yang revolusioner: Real-Time Risk Management.

Pengelolaan risiko secara real time menawarkan kemungkinan untuk mengurangi risiko sekaligus mentransfernya secara lebih efektif. Ini berarti bahwa bisnis dapat memiliki pandangan terkini tentang eksposur risiko yang berubah-ubah dan mengambil tindakan untuk memitigasi risiko tersebut — dan bahwa industri asuransi tidak perlu lagi hanya bergantung pada data historis untuk menentukan harga risiko.

Apa yang membuat Real-Time Risk Management menjadi mungkin? Tiga perkembangan di bawah ini secara bersamaan mulai membentuk terjadinya bentangan risiko:

Streaming data secara real-time. Mulai dari telematika dan citra satelit hingga teknologi yang dapat dipakai hingga sensor properti, semakin banyak teknologi yang muncul menghasilkan aliran data baru yang memberikan sinyal dinamis dengan konten risiko. Ponsel juga merupakan sumber sinyal risiko yang terus berkembang, terutama karena semakin banyak ponsel yang berjalan di jaringan nirkabel berkecepatan tinggi. Pada 2025, dunia akan memiliki 1,2 miliar koneksi 5G, dan 4G akan mencapai 5 miliar sambungan, menurut Asosiasi GSM, asosiasi perdagangan global operator telekomunikasi seluler. Ini berarti mayoritas populasi global akan memiliki akses ke jaringan nirkabel canggih yang dapat menggerakkan streaming data secara real-time.

Seni analisis yang didorong oleh kecerdasan buatan
. Kemajuan dalam hal Artificial Intelligence / AI / kecerdasan buatan dan mesin pembelajaran sekarang memungkinkan pemrosesan aliran data berskala besar dengan kecepatan jauh lebih cepat daripada sebelumnya. Analisis bertenaga AI dapat menyaring rangkaian sinyal data real-time yang meluas menjadi pandangan dinamis risiko yang dapat digunakan untuk memicu tindakan mitigasi atau pertimbangan alternatif dalam hal transfer risiko.

Produk asuransi baru. Polis baru yang menyesuaikan harga atau coverage terkait dengan perubahan sinyal risiko menciptakan insentif untuk mengelola risiko secara lebih aktif. Area produk yang paling maju adalah asuransi mobil pribadi, di mana beberapa polis saat ini menyediakan fitur premium dalam kaitannya dengan informasi berbasis telematika tentang perilaku mengemudi. Meskipun masih embrio, perusahaan asuransi yang inovatif mengeksplorasi potensi untuk menciptakan polis generasi mendatang di area properti dan korban lainnya yang menggunakan aliran data baru untuk menyesuaikan harga atau coverage secara dinamis dan juga menggunakan aliran waktu nyata untuk memproses klaim secara lebih cepat.

Memungkinkan Assesment Risiko secara Lebih Baik
Kemajuan yang akan tampak seperti fiksi ilmiah hampir satu dekade yang lalu adalah kenyataan saat ini. Pertimbangkan hanya beberapa contoh teknologi baru yang berkontribusi terhadap penilaian risiko secara real-time atau setidaknya mendekati real-time.

Telematika. Dari mobil penumpang ke truk ke kapal kargo, telematika dikerahkan untuk meningkatkan keselamatan transportasi dengan secara aktif mengidentifikasi perilaku dan kondisi mengemudi yang berisiko. Tingkat kecelakaan dapat dikurangi lebih lanjut jika produk asuransi memberikan insentif harga bagi individu dan bisnis untuk menggunakan umpan telematika untuk mengelola risiko mereka secara lebih aktif. Polis asuransi komersial dapat dikembangkan untuk mengganti asuransi kendaraan bermotor atau marine cargo secara real time berdasarkan perilaku operator, jalan atau laut di mana muatan tersebut melakukan perjalanan, nilai muatan, kondisi cuaca, dan variabel dinamis lainnya. Kendaraan yang sepenuhnya otonom memiliki potensi untuk menciptakan penurunan langkah-perubahan dalam risiko — dan penggunaan fitur otonom dapat didorong melalui kebijakan asuransi yang bergeser ke penentuan harga berdasarkan sinyal yang ditangkap secara real-time yang menandakan apakah kemampuan otonom aktif atau tidak aktif.

The Internet of Things. Proyeksi saat ini adalah 25 hingga 30 miliar perangkat yang terhubung akan digunakan pada 2020 (naik dari lebih dari 7 miliar hari ini). Dari sensor tertanam yang memungkinkan bangunan "pintar" atau rumah "pintar", hingga perangkat yang dapat dikenakan yang digunakan di situs konstruksi atau operasi manufaktur, perangkat yang terhubung menghasilkan lansiran yang dapat memperingatkan pengguna terhadap kondisi tidak aman dan memicu mereka untuk mengubah perilakunya, melakukan pemeliharaan, atau mengambil tindakan lain yang membantu mencegah kecelakaan. Sampai tahun 1986, burung kenari mengingatkan penambang batu bara terhadap keberadaan asap mematikan. Sensor lingkungan melakukan tugas itu hari ini secara real time, meningkatkan keselamatan di atas dan di bawah tanah. Perangkat yang terhubung sering dipasang untuk alasan lain selain manajemen risiko — misalnya, sensor properti dapat diterapkan untuk meningkatkan efisiensi energi, dan perangkat yang dapat dikenakan dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas. Namun, sensor yang sama sering membawa konten risiko yang dapat digunakan untuk meningkatkan mitigasi atau transfer risiko.

Teknologi cybersecurity. Risiko cyber terus meningkat, dan seperangkat teknologi yang diperluas sedang diterapkan dalam bisnis untuk membantu profesional keamanan informasi mereka mencegah atau merespons secara lebih efektif terhadap serangan cyber. Banyak dari teknologi baru ini menghasilkan aliran data yang juga dapat diproses dengan analisis canggih menjadi ke dalam suatu pandangan ke depan mengenai eksposur cyber. Profesional risiko kemudian dapat menggunakan pandangan-pandangan ini untuk mengukur potensi kerugian skenario lebih aktif dan mempertimbangkan ekonomi transfer risiko dengan ketepatan yang lebih tinggi.

Visual intelligence tools / Alat kecerdasan visual. Satelit, pesawat terbang dan drone mampu mengerahkan kamera dan sensor resolusi tinggi yang menyediakan aliran data real-time tambahan. Teknik pembelajaran mesin yang lebih kuat sekarang dapat memproses gambar-gambar ini menjadi informasi risiko real-time yang relevan. Misalnya, kombinasi gambar properti dan umpan cuaca berfrekuensi tinggi dapat memberikan tampilan kerusakan properti yang dapat digunakan untuk memproses klaim secara cepat dan akurat. Teknologi alat kecerdasan visual yang sama, dikombinasikan dengan data properti IoT dan prakiraan cuaca berbasis AI, dapat memberikan pandangan ke depan tentang risiko properti untuk rumah atau bangunan yang dapat digunakan dalam penetapan harga asuransi.

Langkah ke depan
Teknologi manajemen risiko real-time tidak akan menghilangkan risiko, tetapi dapat semakin memberikan pelaku bisnis dan individu dengan kecerdasan yang dapat ditindaklanjuti untuk mengelola dan mengurangi risiko mereka secara signifikan, dalam beberapa kasus. Munculnya aliran data baru dan analitik yang kuat juga membuka pintu untuk inovasi dalam risiko pembiayaan, baik yang mengambil bentuk coverage inovatif dari penyedia asuransi, suatu inovasi yang diperluas dan yang lebih kreatif, atau adaptasi produk baru dari pasar modal alternatif.

Asuransi kemungkinan akan tetap mengutamakan kendaraan sebagai sasaran utama untuk inovasi risiko ini. Secara tradisional, premi asuransi ditentukan berdasarkan data historis. Penjamin dan aktuaris mengkompilasi dan menggunakan kumpulan data masa lalu untuk mencari pola kerugian dan membuat proyeksi tentang hasil di masa mendatang. Sumber data yang muncul sekarang dapat dimanfaatkan untuk memberikan pandangan yang terus diperbarui tentang risiko yang mendasarinya. Penyedia asuransi dapat menggunakan data real-time ini dan mengembangkan data ilmu pengetahuan untuk membuat proyeksi yang lebih dinamis tentang hasil di masa mendatang dan mengembangkan premi berbasis risiko yang dihitung berdasarkan pendekatan baru.

Hingga saat ini, risiko yang secara tradisional ditanggung oleh asuransi tidak dapat dikelola secara dinamis. Namun, prospek manajemen risiko secara real-time sekarang sudah tampak jelas di cakrawala. Dengan memanfaatkan aliran data real-time dan analitik yang didorong oleh kecerdasan buatan, bisnis dan industri asuransi dapat secara dramatis mengubah cara kita mengelola risiko dan memikirkan asuransi. Kami hampir tidak menyentuh permukaan, tetapi manfaat potensial untuk mengidentifikasi, menilai, dan mengelola risiko secara waktu nyata sudah mulai terlihat.


John Drzik
Presiden, Risiko Global, dan Digital di Marsh

John Drzik adalah presiden Marsh Global Risk and Digital. Mr Drzik memiliki tanggung jawab global untuk kegiatan perusahaan dalam konsultasi, solusi kaptif, data, analitik dan teknologi digital, dan untuk bisnis Marsh yang memberikan solusi risiko dan asuransi melalui agen, afinitas dan saluran digital untuk bisnis komersial kecil dan individu. Dia juga menjadi ketua Pusat Risiko Global untuk Marsh & McLennan Companies.
Sebelum menjalani peran ini, Mr. Drzik adalah CEO Oliver Wyman yang bertanggung jawab untuk divisi konsultasi manajemen Marsh & McLennan Companies. Dia bergabung Oliver Wyman pada tahun 1984, diangkat sebagai ketua pada tahun 2000, dan memainkan peran kunci dalam membangun posisi kepemimpinan perusahaan dalam strategi layanan keuangan dan konsultasi manajemen risiko.
Penulis berbagai artikel tentang strategi, manajemen risiko dan asuransi, Drzik adalah pembicara yang sering diundang di berbagai konferensi dan telah diundang untuk hadir di industri dan acara regulator yang disponsori oleh World Economic Forum, Harvard Business School, Geneva Association, dan Financial Times.

Diterjemahkan dari artikel yang diambil dari Brinknews
Share:

Real-Time Risk Management and Next-Generation Insurance


By: John Drzik
President, Global Risk and Digital at Marsh

A confluence of trends is enabling businesses and the insurance industry to move toward a revolutionary new approach: real-time risk management.

Managing risk in real time offers the potential to both reduce risk and transfer it more effectively. It means businesses can have an up-to-the-minute view of their changing risk exposures—and take actions to mitigate them—and that the insurance industry no longer needs to rely only on historical data to price risk.

What makes real-time risk management possible? Three concurrent developments are starting to reshape the risk landscape:

New real-time data streams. From telematics to satellite imagery to wearable technology to property sensors, there are a growing number of emerging technologies generating new data streams that provide dynamic signals with risk content. Mobile phones are also a growing source of risk signals, especially as more and more of them are run on high-speed wireless networks. By 2025, the world will have 1.2 billion 5G connections, and 4G will reach 5 billion connections, according to the GSM Association, a global trade association of mobile telecommunication operators. This means the majority of the global population will have access to the advanced wireless networks that can power real-time data streaming.

Analytics driven by artificial intelligence. Advances in AI and machine learning now enable the processing of large-scale data streams at a speed significantly faster than previously possible. AI-powered analytics can distill the expanding set of real-time data signals into a dynamic view of risk that can be used to trigger mitigating actions or consideration of risk transfer alternatives.

New insurance products. New policies that adjust price or coverage in relation to changing risk signals are creating incentives to manage risk more actively. The most developed area is personal auto insurance, where some policies now provide premium credits in relation to telematics-based information on driving behavior. While still embryonic, innovative insurers are exploring the potential to create next-generation policies in other property and casualty areas that use new data streams to adjust price or coverage dynamically and that also use real-time streams to process claims more rapidly.

Enabling Better Risk Assessment
Advances that would have seemed like science fiction barely a decade ago are reality today. Consider just a few examples of emerging technology that are contributing to real-time or near real-time assessment of risk.

Telematics. From passenger cars to trucks to cargo ships, telematics are being deployed to improve transportation safety by actively identifying risky driving behaviors and conditions. Accident rates could be reduced further if insurance products provided price incentives for individuals and businesses to use the telematics feeds to manage their risk more actively. Commercial insurance policies can be developed to reprice motor or marine cargo insurance in real time based on the behavior of the operator, the roads or seas on which the cargo is traveling, the value of the cargo, weather conditions, and other dynamic variables. Fully autonomous vehicles have the potential to create a step-change decrease in risk—and the use of the autonomous features can be encouraged through an insurance policy that shifts in price based on a real-time feed signaling whether the autonomous capabilities are on or off.

The Internet of Things. Current projections are that 25 to 30 billion connected devices will be deployed by 2020 (up from more than 7 billion today). From embedded sensors that enable “smart” buildings or “smart” homes, to wearables used on construction sites or manufacturing operations, connected devices generate alerts that can warn users of unsafe conditions and trigger them to change their behavior, perform maintenance or take other actions that help to prevent accidents. Until 1986, canaries alerted coal miners to the presence of deadly fumes. Environmental sensors perform that task today in real time, improving safety above and below ground. Connected devices are often installed for reasons other than risk management—for example, property sensors might be implemented to improve energy efficiency, and wearables might be deployed to improve productivity. However, the same sensors often carry risk content that can be used to improve risk mitigation or transfer.

Cybersecurity technology. Cyber risk continues to escalate, and an expanded set of technologies is being deployed within businesses to help their information security professionals prevent or respond more effectively to cyberattacks. Many of these new technologies generate data streams that can also be processed with advanced analytics into a moving view of cyber exposure. Risk professionals can then use these views to quantify potential loss scenarios more actively and consider the economics of risk transfer with greater precision.

Visual intelligence tools. Satellites, aircraft and drones are capable of deploying high-resolution cameras and sensors that provide additional real-time data streams. More powerful machine learning techniques can now process these images into relevant real-time risk information. For example, the combination of property images and high-frequency weather feeds can provide a rapid and accurate view of property damage, which can be used for high-speed claims processing. The same visual intelligence technology, combined with property IoT data and AI-based weather forecasts, can provide a forward-looking view of property risk for a home or building that can be used in insurance pricing.

The Road Ahead
Real-time risk management technologies will not eliminate risk, but can increasingly provide businesses and individuals with actionable intelligence to manage and reduce their risk—significantly, in some cases. The advent of new data streams and powerful analytics also opens the door to innovation in risk financing, whether that takes the form of innovative coverage from insurance providers, an expanded and creative use of a captive, or tapping new products from alternative capital markets.

Insurance is likely to remain the primary risk transfer vehicle for these risks. Traditionally, insurance premiums are determined based on historical data. Underwriters and actuaries compile and use past data sets to look for loss patterns and make projections about future outcomes. Emerging data sources can now be leveraged to provide a continuously updated view of the underlying risk. Insurance providers can use this real-time data and evolving data science to make more dynamic projections about future outcomes and develop risk-based premiums that are calculated based on the new approach.

To date, risks traditionally covered by insurance could not be managed this dynamically. However, the prospect for real-time risk management is now on the horizon. By harnessing real-time data streams and analytics driven by artificial intelligence, businesses and the insurance industry can dramatically shift how we manage risk and think about insurance. We’ve barely scratched the surface, but the potential benefits for identifying, assessing and managing risk in real time are already coming into view.

John Drzik
President, Global Risk and Digital at Marsh

John Drzik is the president of Marsh Global Risk and Digital. Mr. Drzik has global responsibility for the firm’s activities in consulting, captive solutions, data, analytics and digital technology, and for the Marsh businesses which deliver risk and insurance solutions through agency, affinity and digital channels to small commercial businesses and individuals. He is also the chairman of the Global Risk Center for Marsh & McLennan Companies.
Prior to this role, Mr. Drzik was CEO of Oliver Wyman, where he had responsibility for the management consulting division of Marsh & McLennan Companies. He joined Oliver Wyman in 1984, was named chairman in 2000, and played a key role in establishing the firm’s leadership position in financial services strategy and risk management consulting.
The author of numerous articles on strategy, risk management and insurance, Mr. Drzik is a frequent speaker at conferences and has been invited to present at industry and regulatory events sponsored by the World Economic Forum, Harvard Business School, Geneva Association, and the Financial Times.

Sumber: Brinknews
Share:

OJK Ingatkan Asuransi Aktif Data Pemegang Polis Pasca-Gempa Palu


MAKASSAR, TRIBUN – Untuk merangsang pemulihan ekonomi di ibu kota Sulawesi Tengah, pasca-bencana gempa-tsunami, Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengumumkan paket deregulasi bagi nasabah industri keuangan bank dan non-bank.

Untuk industri non-bank, seperti asuransi diminta untuk segera mendata para pemegang polis dan mempermudah proses pencairan klaim pertanggungan.

Sehari menjelang masuknya masa transisi pemilihan pasca-bencana, Dewan Rapat Dewan Komisioner OJK di Nusa Dua, Bali, Selasa (9/10/2018) malam lalu.

Dewan Komusioner menyepakati memberi paket relaksasi kredit dan pembiayaan syariah perbankan, untuk debitur atau proyek di lokasi bencana Kota Palu, Donggala dan Sigi.

"Bagi Perusahaan Perasuransian, OJK mendorong pendataan para tertanggung/pemegang polis asuransi yang mengalami kerugian akibat bencana, kalau perlu jemput bola untuk meringankan beban pemegang polis yang tertimpa musibah,” kata Kepala OJK Regional 6 Sulawesi Maluku dan Papua (Sulampua), Zulmi dalam siaran persnya, yang diterima Tribun, Rabu (10/10/2018).

Sedangkan Bagi kreditur bank dan nasabah pembiayaan akan mendapkan relaksasi berupa penundaan pembayaran.

Perusahaan Pembiayaan diminta melaporkan secara berkala kepada OJK mengenai progres penanganan restrukturisasi debitur yang tertimpa musibah.

Data sementara Otoritas Jasa Keuangan (OJK), terdapat 13.233 debitur di enam cabang Bank Umum Konvensional yang terdampak bencana alam dengan total baki debet kredit sebesar Rp 1,6 triliun.
Zulmi menuturkan, perlakuan khusus atas kredit atau pembiayaan syariah bank merujuk peraturan OJK (POJK) Nomor 45/POJK.03/2017 tentang Perlakukan Khusus terhadap Kredit atau Pembiayaan Bank Bagi Daerah Tertentu di Indonesia yang Terkena Bencana Alam dalam keputusan Dewan Komisioner.

Zulmi menegaskan, OJK akan terus memantau dan mengevaluasi perkembangan kondisi daerah yang terdampak bencana dan akan mengambil langkah lanjutan yang diperlukan.

Secara terpisah, Kepala Cabang Asuransi Astra Makassar Hilmi Farizman telah mendapat seruan dari OJK. Hingga saat ini, perusahaan masih menunggu data fix.

"Kalau klaim roda empat untuk Garda Oto, sementara laporan yang masuk ada 6 unit mobil. Kalau laporan klaim motor, masih proses cek, belum fix angkanya," kata Hilmi sapaanya.

Hitung Klaim

Sehari menjelang berakhirnya masa tanggap darurat di Palu, Kamis (11/10/2018), pihak asuransi mulai menghitung klaim tanggungan para pemegang polisnya.

“Pihak asuransi, sejak minggu lalu sudah datang meninjau tingkat kerusakan hotel kami, mereka sudah janji untuk bayar klaim polisnya,” kata Peter Gozal, komisaris Hotel Palu Golden, di Jl Raden Saleh No 1, Besusu Barat, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (10/10/2018) siang.

Piter yang juga Ketua Indonesia Tionghoa (INTI) Sulsel ini, menyebutkan, pihak asuransi sementara menghitung klaim asuransi tanggungan dari manajemen dan appraisal.
Asurasi itu adalah QBE General Insurance Indonesia.

Peter merasa beruntung, sebab baru dua bulan lalu dia memperpanjang polis dan melanjutkan pembayaran premi asuransi pertanggungan all risk-nya.

Jika proses ini berjalan lancar, proses rekonstruksi dan renovasi hotelnya mulai dikerjakan akhir tahun ini.

“Kita lagi cari konsultan dan kontraktor, semoga empat atau lima bulan kami akan kembali beroperasi,” ujar Peter disela-sela inspeksi tingkat kerusakan hotelnya, Rabu.
Palu Golden adalah hotel bintang lima pertama di Kota Palu.

Beroperasi sejak Juni 1978, hotel di ujung timur Teluk Palu ini, sempat jadi materi liputan CNN, sebagai satu-satunya bangunan tua yang struktur bangunannya tak rubuh setelah digoyang gempa dan diterjang tidal tsunami.

Lokasinya hanya berjarak sekitar 300 meter dari bibir Pantai Talise, venue Festival Nomoni 2018, yang diterjang tsunami pasca-gempa.

“Syukur, sebab kerusakan hanya di basement, plafon dan tembok pagar rubuh, sama kolam yang penuh sampah,” kata Peter yang juga pemilik Hotel Makassar Golden di Pantai Losari ini.
(aly/san)

Artikel ini telah tayang di tribun-timur.com dengan judul OJK Ingatkan Asuransi Aktif Data Pemegang Polis Pasca-Gempa Palu, http://makassar.tribunnews.com/2018/10/10/ojk-ingatkan-asuransi-aktif-data-pemegang-polis-pasca-gempa-palu?page=2.
Penulis: Hasan Basri
Editor: Thamzil Thahir
Share:

Tiru Meksiko, Sri Mulyani Bakal Angkat Asuransi Bencana di IMF-WB Bali

Foto: Rachman Haryanto
Bali - Pemerintah Indonesia akan memanfaatkan momen pertemuan internasional IMF-World Bank (WB) untuk menawarkan istrumen asuransi kepada seluruh peserta dari 189 negara.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku akan menyuarakan tentang asuransi bencana kepada seluruh tamu atau peserta IMF-WB di Bali.

"Indonesia menyampaikan persoalan-persoalan pembangunan yang relevan untuk Indonesia namun relevan juga utuk banyak negara, contohnya karena sekarang kita menghadapi bencana alam, maka mengenai bagaimana penanganan suatu negara menangi bencana alam," kata Sri Mulyani saat berbincang dengan detikFinance di Nusa Dua, Bali, Rabu (10/10/2018).

Instrumen asuransi bencana, kata Sri Mulyani diadposi dari empat negara Amerika Latin, yaitu Meksiko, Kolombia, Peru, dan Chile. Di mana keempat negara ini sudah menertapkan asuransi bencana.

Adapun, keempat negara tersebut juga merupakan negara rawan akan bencana.
"Meksiko yang sering terjadi bencana alam dalam bentuk gempa bumi, Kolombia, Peru, dan Chile, itu di Latin Amerika mereka menghadapi risiko yang sama," jelas dia.

Selain asuransi bencana, Sri Mulyani juga akan menyuaraan asuransi untuk tanaman, rumah, dan UMKM. Bahkan, Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini akan melakukan komunikasi dengan pelaku industri asuransi dalam mengimplementasikannya.

"Ini sesuatu hal baru yang kami dalam menjadi tuan rumah pada saat yang sama kami juga menyampaikan Indonesia menghadapi situasi seperti ini (bencana) loh, apakah ada negara yang bisa membantu, dan siapa institusi yang menjadi katalis, itu hal-hal yang menguntungkan atau bermanfaat untuk kita," kata dia.

Sumber Detik Finance
Share:

Wajib Tahu, Ini 5 Hal Penting soal Asuransi Kesehatan Syariah


Liputan6.com, Jakarta - Asuransi syariah kian popular di Indonesia, seiring dengan semakin sadarnya masyarakat untuk memiliki asuransi. Salah satu asuransi yang menjadi kebutuhan penting masyarakat ialah asuransi kesehatan syariah.

Asuransi kesehatan syariah, pada dasarnya sama seperti asuransi kesehatan pada umumnya, namun asuransi kesehatan syariah mengikuti prinsip-prinsip syariah.

Berdasarkan definisi dari Dewan Syariah Nasional, asuransi syariah adalah sebuah usaha untuk saling melindungi dan saling tolong menolong di antara sejumlah orang, di mana hal ini dilakukan melalui investasi dalam bentuk aset (tabarru) yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.

Jika Anda sedang mempertimbangkan untuk menjadi nasabah asuransi kesehatan syariah, sebaiknya mengetahui lima hal penting ini untuk lebih mengenal asuransi kesehatan syariah, seperti dikutip dari situs perbandingan dan pengajuan produk keuangan HaloMoney.co.id.

1. Sejarah asal usulnya
Sedikit menengok ke belakang, asuransi syariah pertama kalinya muncul pada tahun 1979, melalui sebuah perusahaan asuransi di Sudan yang bernama Sudanese Islamic Insurance. Pada tahun yang sama, di Uni Emirat Arab juga diperkenalkan produk asuransi syariah.
Disusul kemudian di Eropa, tepatnya di Swiss, pada tahun 1982 asuransi syariah diperkenalkan oleh perusahaan asuransi Dar Al Maal Al Islami; dan pada 1983 di Luksemburg berdiri Islamic Takafol Company. Selanjutnya, pada 1985 di Kepulauan Bahamas, Bahrain, dan Malaysia juga mulai diperkenalkan asuransi syariah.

Sementara di Indonesia, asuransi yang bernafaskan pada syariat Islam (baca: hukum-hukum muamalah di dalam Al Qur’an dan Al Hadits) pada mulanya dikeluarkan oleh PT Syarikat Takaful Indonesia.

Perusahaan asuransi syariah ini diprakarsai oleh lkatan Cendikiawan Muslim lndonesia (lCMl) melalui Yayasan Abdi Bangsa, Bank Muamalat lndonesia Tbk, PT Asuransi Jiwa Tugu Mandiri, Departemen Keuangan Republik Indonesia, para pengusaha Muslim lndonesia, dengan bantuan teknis dari Syarikat Takaful Malaysia Bhd. (STMB).

Mereka tergabung di dalam Tim Pembentukan Asuransi Takaful lndonesia (TEPATI) yang kemudian melahirkan PT Syarikat Takaful Indonesia (Takaful Indonesia) pada 24 Februari 1994.

Sejak itu, kemudian asuransi syariah mulai diperkenalkan dan populer di Indonesia. Salah satu produk yang dipasarkan adalah asuransi kesehatan syariah. Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Dewan Syariah Nasional (DSN) mengawasi peredaran keuangan syariah ini.

2. Perbedaan asuransi kesehatan syariah dengan konvensional
Secara umum, asuransi kesehatan konvensional akan memberikan manfaat kepada Anda ketika Anda jatuh sakit. Manfaat yang diberikan berlaku saat Anda menjalani pengobatan rawat jalan ataupun rawat inap. Pada saat tersebut, tentunya dana yang diperlukan tidaklah sedikit.

Bila Anda telah memiliki polis asuransi kesehatan, Anda tidak perlu pusing-pusing. Tinggal tunjukkan kartu asuransimu kepada staf administrasi rumah sakit, maka segala biaya yang Anda keluarkan akan ditagihkan kepada perusahaan asuransi, sepanjang risiko kesehatan tersebut ditanggung asuransi. Maka resiko finansialmu berpindah menjadi tanggung jawab perusahaan asuransi.

Hal itu bisa terjadi karena Anda telah mengadakan perjanjian dengan perusahaan asuransi untuk membayarkan berbagai biaya pengobatanmu, dengan fasilitas dan limit tertentu. Kewajibanmu, adalah membayar premi bulanan kepada perusahaan asuransi tersebut.

Sedangkan asuransi kesehatan syariah, memiliki tiga perbedaan penting yang membuatnya berbeda dengan asuransi kesehatan konvensional. Yakni:
1. Asuransi kesehatan syariah bersifat pasti, tidak memiliki unsur gharar atau ketidakpastian
2. Asuransi kesehatan syariah tidak mengandung unsur qimar atau perjudian
3. Asuransi kesehatan syariah tidak mengandung riba

Maksud ketidakpastian di sini adalah bahwa Anda tidak tahu pasti berapa lama premi bulanan itu harus dibayarkan sampai Anda mendapatkan manfaat asuransi. Sebab, Anda tidak pernah tahu kapan Anda jatuh sakit. Namun demikian, Anda harus terus membayar premi asuransimu. Sedangkan di asuransi kesehatan syariah memberikan kepastian.

Misalnya, seandainya jika Anda tidak jatuh sakit dalam satu sakit, perusahaan asuransi syariah akan memberikan kebijakan khusus, misalnya mengembalikan sebagian premi kepada Anda. Atau jika perusahaan asuransi syariah menerima keuntungan dari hasil pengembangan, maka sebagian dananya akan dikembalikan kepada Anda sebagai pemegang polis.

3. Menggunakan prinsip takaful dan tabarru
Di dalam asuransi syariah, prinsipnya adalah takaful atau koperasi untuk sharing risk. Peserta asuransi berkooperasi, bekerja sama dengan para peserta asuransi yang lain bersama-sama berbagi resiko. Perusahaan asuransi dalam hal ini hanya berperan sebagai admin atau pengelola dana.

Misalkan Anda membayar premi hanya Rp 5 juta, tapi bisa mendapatkan klaim sebanyak Rp 100 juta. Artinya, dana yang Rp 95 juta itu adalah milik para peserta asuransi yang lain. Sesuai dengan akad perjanjiannya, dana dari para peserta asuransi kesehatan syariah itu disebut dana tabarru atau hibah.

Sedangkan di dalam asuransi konvensional, dana yang Rp 95 juta dari contoh di atas merupakan dana milik perusahaan asuransi. Prinsip yang berlaku di sana adalah transfer of risk ke perusahaan asuransi.

4. Dana dikembalikan
Jika tidak pernah klaim, apakah premi yang dibayarkan peserta asuransi kesehatan syariah bisa dikembalikan? Atau ketika masa pertanggungan berakhir, namun pemegang polis asuransi kesehatan tidak mengalami sakit, apakah dana yang dibayarkan hangus?

Dalam asuransi syariah yang berprinsip kooperatif dan berbagi resiko bersama peserta asuransi lainnya, setiap perusahaan asuransi memiliki kebijakan masing-masing. Namun, biasanya pengembalian atas premi yang tidak pernah diklaim diberikan dalam bentuk potongan harga pada saat perpanjangan polis.

5. Amal ibadah
Dengan konsep tolong menolong dalam kebaikan yang ditawarkan oleh asuransi kesehatan syariah, maka setiap premi yang dibayarkan dimaksudkan sebagai ladang amal bagi nasabah agar senantiasa diberikan kesehatan, dan terhindar dari klaim pengobatan, sekaligus bisa tolong menolong. Bukan hanya melindungi diri dari resiko finansial dan kesehatan untuk diri sendiri, namun juga untuk orang lain.

Begitulan prinsip asuransi kesehatan syariah yang perlu Anda ketahui. Lengkapi perencanaan keuangan pribadimu dengan produk asuransi guna melindungi keluargamu dari risiko finansial.

Sumber: Liputan6
Share:

4 Kesalahan Besar Nasabah Saat Membeli Asuransi Jiwa

Ilustrasi(FREEPIK.com)

KOMPAS.com - Apakah membeli asuransi jiwa termasuk salah satu resolusi keuangan Anda tahun 2018 ini? Bila saat ini posisi Anda adalah sebagai pencari nafkah utama di keluarga, sebaiknya Anda memang memiliki asuransi jiwa sebagai strategi manajemen risiko finansial keluarga.

Memiliki asuransi jiwa bisa membantu Anda mengantisipasi risiko-risiko finansial yang bisa timbul akibat kematian pencari nafkah dan karena musibah-musibah lain yang membuat keran pendapatan keluarga terganggu.

Namun, untuk membeli asuransi jiwa juga perlu kecermatan tersendiri agar tidak terjebak pembelian produk yang tidak tepat.

Sering terjadi seseorang membeli asuransi jiwa, ternyata tidak sesuai kebutuhan sehingga saat dicairkan, risiko finansial yang dihindari masih terjadi dan mengguncang kesehatan finansial keluarga.

Misalnya nilai uang pertanggungan sangat kecil, tak sesuai perkiraan. Atau sebagian besar premi atau iuran yang dibayar per bulan ternyata dipotong cukup besar karena alasan tertentu dari perusahaan asuransi.

Bila Anda berencana membeli asuransi jiwa, perhatikan empat kesalahan besar hasil riset berikut ini agar Anda tidak salah membeli:

1.Tidak mengetahui kebutuhan uang pertanggungan 
Banyak orang sekadar membeli asuransi jiwa tanpa terlebih dulu menghitung berapa kebutuhan uang pertanggungan yang sebenarnya dia butuhkan. Alhasil, ketika terjadi risiko, uang pertanggungan yang cair ternyata tidak memadai untuk menutup kebutuhan finansial keluarga.

Ketahui terlebih dulu berapa kebutuhan uang pertanggungan asuransi jiwa Anda sehingga bisa menemukan produk yang tepat.

Cara mengetahui kebutuhan uang pertanggungan asuransi jiwa bisa Anda hitung dengan pendekatan Human Life Value, dengan rumus pengalian antara nilai pendapatan saat ini ditambah risk free rate.

Sebagai contoh, pendapatan Anda saat ini Rp 10 juta per bulan dan tanggungan Anda baru bisa mandiri 20 tahun lagi. Asumsi risk free rate 5,2 persen. Maka, kebutuhan uang pertanggungan asuransi jiwa adalah Rp 10 juta x 12 bulan x (110 persen+5,2 persen) x 20 tahun = Rp 1,42 miliar.

Setelah mengetahui kebutuhan uang pertanggungan, Anda tinggal mencari produk asuransi jiwa dengan nilai Uang Pertanggungan (UP) sebesar itu. Anda bisa menimbang produk term life atau asuransi jiwa berjangka murni yang harga preminya masih terjangka dengan nilai UP cukup besar.

2.Menganggap asuransi sebagai investasi 
Perihal asuransi, satu hal yang perlu Anda selalu ingat adalah bahwa asuransi merupakan biaya. Asuransi bukanlah investasi di mana Anda bisa mengharapkan imbal hasil yang besar suatu hari nanti.

Sebaliknya, asuransi merupakan biaya karena pada prinsipnya asuransi merupakan skema pengalihan risiko seseorang pada pihak ketiga yaitu perusahaan asuransi. Perusahaan asuransi akan membayarkan sejumlah kompensasi atau uang pertanggungan ketika terjadi risiko pada tertanggung atau pemegang polis.

Pemegang polis wajib membayar premi sebagai biaya atas pengalihan risiko kepada perusahaan asuransi tersebut. Asuransi jiwa tidak bisa mencegah kematian. Namun, asuransi jiwa bisa meringankan beban finansial anggota keluarga yang ditinggalkan ketika sang pencari nafkah meninggal dunia.

Salah menganggap asuransi sebagai produk investasi bisa menggiring Anda memilih produk asuransi jiwa yang kurang tepat. Seperti membeli asuransi jiwa yang digabung dengan investasi. Akibatnya premi cukup mahal, sedangkan uang pertanggungannya relatif kecil. Jadi, berlakulah cerdas dalam memilih yang terbaik.

3.Salah menetapkan tertanggung di polis 
Dalam asuransi, tertanggung adalah dia yang ditanggung risiko jiwanya oleh perusahaan asuransi. Sehingga, ketika si tertanggung tersebut meninggal dunia, maka perusahaan asuransi akan membayar sejumlah uang pertanggungan yang berhak diberikan kepada ahli waris yang ditunjuk. Siapa yang idealnya menjadi tertanggung dalam produk asuransi jiwa?

Sesuai tujuan pembelian yaitu manajemen risiko finansial keluarga, tertanggung asuransi jiwa seharusnya adalah mereka yang memiliki nilai ekonomi atau pihak yang menjadi sumber penghasilan keluarga.

Misalnya, suami, istri, atau keduanya. Bila suami dan istri sama-sama bekerja, tertanggung seharusnya adalah pihak yang memiliki penghasilan terbesar karena risiko finansialnya juga paling besar bagi keluarga bila tiba-tiba dia meninggal dunia.

4. Asal membeli asuransi pendukung 
Biasanya saat Anda membeli asuransi jiwa, agen asuransi akan menawarkan pula asuransi pelengkap atau rider. Jangan asal menambah asuransi tambahan sebelum menghitung terlebih dulu apa saja kebutuhan Anda.

Asuransi tambahan juga berarti biaya tambahan, maka itu bijaklah dalam menambah jenis riders. Jikalau perlu tambahan, untuk asuransi jiwa Anda bisa menimbang untuk menambahkannya dengan waiver of premium atau pembebasan premi.

Riders ini berguna untuk mengantisipasi risiko ketidakmampuan yang mengakibatkan Anda tidak bisa membayar premi rutin. Misalnya karena terjadi kecelakaan yang membuat Anda kehilangan pekerjaan, Anda akan dibebaskan dari pembayaran premi asuransi jiwa.

Sumber Kompas.com
Share:

Fitch Ratings: Gempa di Indonesia tak berdampak pada kesehatan asuransi non-jiwa


KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga pemeringkat kredit internasional, Fitch Ratings baru-baru ini mengeluarkan pernyataan bahwa gempa bumi dan tsunami yang baru saja terjadi di Palu dan sekitarnya tidak akan mempengaruhi kesehatan keuangan perusahaan asuransi non-jiwa.

Hal itu lantaran bencana yang terjadi di Palu, Sulawesi Tengah memiliki eksposur geografis yang rendah selain juga adanya perlindungan reasuransi yang komprehensif.

Seperti dikutip dari keterangan resminya Minggu (7/10), Fitch menyatakan, meski ada kemungkinan perusahaan-perusahaan asuransi non-jiwa bakal menurunkan proyeksi pendapatan untuk tahun 2018, namun Fitch Ratings menilai penurunan pendapatan tersebut tidak sampai menyebabkan kerugian.
Bencana yang terjadi pada 28 September 2018 lalu memang menyebabkan kerusakan secara luas, bahkan berdampak pada terganggunya rantai pasokan pasca penutupan satu-satunya Bandar udara di Palu, Mutiara Sis Al Jufri.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah memperkirakan kerugian ekonomi dengan total nilai di atas Rp 10 triliun.

Fitch Ratings juga memperkirakan tingginya kerugian ekonomi mencermikan rendahnya penetrasi asuransi di Indonesia, yakni sekitar 3% dari PDB. Bahkan Fitch Ratings memperkirakan rasio lebih rendah terjadi di daerah pedesaan. Sementara, tingkat penetrasi asuransi properti dan kecelakaan di Indonesia sekitar 1%.

Berdasarkan penilaian Fitch Ratings, seluruh asuransi non-jiwa di Indonesia telah mengelola risiko katastropik secara hati-hati dengan memantau akumulasi risiko di setiap zona gempa bumi. Oleh karenanya, Fitch Ratings menilai bencana gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Palu tidak akan berdampak negatif pada kesehatan keuangan emiten sebab perhitungan Fitch Ratings atas dampak yang terjadi cukup rendah berkisar antara 0,4%-0,45% dari total eksposur gempa.

Selain itu, perusahaan asuransi juga memiliki perlindungan reasuransi yang kuat. Sebab, Otoritas Jasa Keuangan Indonesia mewajibkan perusahaan asuransi non-jiwa untuk membeli perlindungan untuk menutup periode pengembalian selama 250 tahun, sementara sebagian besar perusahaan asuransi telah membeli perlindungan selama lebih dari 400 tahun periode pengembalian.

Sumber: Kontan
Share:

Gempa Lombok dan Palu Tekan Perolehan Laba Asuransi Umum


JAKARTA - Pelaku asuransi umum yang menyediakan asuransi gempa tahun ini harus melakukan revisi target kinerja pendapatan premi dan laba. Hal ini disebabkan klaim premi akibat gempa Lombok dan Palu yang sangat masif.

Direktur Utama PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk Robby Darwis mengatakan dampak dua bencana gempa nasional tahun ini akan menekan kinerja laba baik untuk asuransi umum dan juga reasuransi. Perkiraannya dari gempa Palu memiliki dampak kerugian ekonomi yang lebih besar, namun gempa Lombok memiliki dampak klaim asuransi yang lebih besar.

"Economic loss lebih besar di Palu tapi insurance loss lebih besar di Lombok. Kita tunggu angka final ya," ujar Robby di Jakarta, Senin (8/10/2018).

Dia mengakui semua sektor menjalani revisi kinerja keuangan akibat dua gempa tersebut. Namun berapa besarnya masih belum bisa dijelaskannya. "Masih off the record. Akibat gempa Palu dan Lombok jelas laba asuransi cukup menurun. Namun asuransi adalah melayani masyarakat, jadi di lain sisi kita bangga," ujarnya.

Direktur Utama Reasuransi Maipark Indonesia Ahmad Fauzi Darwin mengatakan bencana gempa bumi yang terjadi di wilayah Lombok dan Palu membuat klaim meningkat dan berefek pada penurunan laba tahun ini. Dia memperkirakan sangat sulit mencapai laba lebih besar dari tahun lalu.
"Prediksi klaim Lombok Rp204,5 miliar dari sekitar 750 laporan permintaan klaim, sedangkan laporan klaim Palu baru masuk 45 laporan, dan hanya satu yang menyebutkan angka klaim sebesar Rp20 miliar," kata Fauzi.

Pihaknya memperkirakan klaim gempa Lombok mencapai Rp204,5 miliar. Sedangkan gempa Palu sekitar Rp170 miliar dan besar kemungkinan mencapai Rp200 miliar, karena laporan belum masuk seluruhnya ke Maipark, dan ditargetkan baru lengkap di bulan Oktober.

Dari nilai klaim tersebut, dia memprediksi akan ada penurunan perolehan laba walaupun tidak signifikan. "Tahun lalu Maipark hanya membayarkan klaim sebesar Rp11 miliar, karena tidak ada bencana gempa bumi," ujarnya.

Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Dody Achmad Sudiyar Dalimunthe masih menunggu laporan klaim kerugian dalam gempa di Palu dan Lombok. Menurutnya, Maipark sudah mempunyai teknologi canggih untuk menghitung kerugian akibat bencana gempa secara lebih cepat ketimbang perusahaan asuransi lain.

Lombok adalah daerah wisata potensial sehingga cenderung menggunakan asuransi, sedangkan Palu dikenal sebagai daerah perekonomian. "Klaim gempa yang beruntun seperti sekarang bisa berdampak pada keuangan. Tapi perhitungan klaim belum selesai, bisa saja baru jelas tahun depan," ujar Dody.
Sementara, AAUI masih optimistis hingga akhir tahun nanti, industri asuransi umum bakal mencatatkan pertumbuhan di atas 10% seperti diproyeksikan sejak awal tahun 2018. AAUI dari awal 2018 sudah memberikan proyeksi total pendapatan premi asuransi umum di akhir tahun 2018 tumbuh 10% dari tahun 2017.

Pada akhir tahun 2017 lalu industri mencatatkan total premi asuransi umum Rp63 triliun, maka di akhir tahun 2018 diprediksi tumbuh menjadi Rp70 triliun.

Melihat pertumbuhan ekonomi yang membaik di semester pertama 2018, AAUI optimistis pertumbuhan asuransi di semester II tahun ini akan membaik. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap risiko-risiko yang mungkin terjadi, berkaca pada bencana alam yang baru terjadi, lanjut Dody, juga dapat mendorong masyarakat untuk mengambil langkah terproteksi asuransi.

Ditulis oleh Hafid Fuad

Sumber Sindonews
Share:

Labels

News (621) Clause (338) aamai (98) Buku (82) LSPP (79) Artikel Afrianto (78) Soal AAMAI (75) OJK (65) Engineering Clause (60) AAAIK (59) C Clause (55) A Clause (44) P Clause (43) Soal Jawab (40) S Clause (37) D Clause (35) Banjir (31) 102 (29) R Clause (28) 101 (27) Clause Liability (27) Istilah (27) 103 (26) CAR Clause (26) E Clause (25) Pengetahuan (25) L Clause (23) Praktek Bisnis (23) reasuransi (23) Klausul (22) Marine Cargo (22) pengertian (22) liability insurance (21) Headline (20) asuransi kebakaran (20) I Clause (19) Risk Management (18) Clause PAR (17) F Clause (17) M Clause (17) B Clause (16) asuransi syariah (16) Clause Property (15) Syariah (15) klaim (15) Marine Hull (14) Prinsip Asuransi (14) Asuransi Mikro (13) 104 (12) 201 (12) N Clause (12) O Clause (12) Surety Bond (12) cargo (12) pengantar asuransi kerugian komersil (12) Asuransi kendaraan bermotor (11) Clause Marine (11) Motor Car (11) prosedur klaim (11) 303 (10) Hukum Asuransi (10) Jasindo (10) PA (10) asuransi kecelakaan diri (10) asuransi personal (10) KOMPAS001 (9) Magang Beasiswa (9) contractor (9) hull (9) 108 (8) BPJS (8) BUMN Reasuransi (8) Business Interruption (8) dikecualikan (8) micro insurance (8) perluasan jaminan (8) Directors’ And Officers’ Liability (7) Engineering (7) FAQ OJK (7) Insurance Day (7) Jiwasraya (7) Merger (7) Peringkat Asuransi (7) Risk Management Calculations (7) erection (7) fidelity (7) kebongkaran (7) pengirimanuang (7) 106 (6) Bali Rendezvous (6) Maritime Convension (6) Regulasi (6) dijamin (6) penyimpananuang (6) 107 (5) Asuransi Kredit (5) Asuransi Pertanian (5) Broker (5) Case Study (5) IGTC (5) LEG Clause (5) asuransi properti (5) marketing (5) objek pertanggungan (5) polis (5) premi (5) Asuransi Ternak (4) Benefit (4) CGI (4) Contoh (4) Gempa (4) Kendaraan (4) Money Insurance (4) Nelayan (4) Online Marketing (4) Perlindungan Konsumen (4) Produk (4) Sejarah (4) Survey Report (4) brand (4) investasi (4) jenis (4) jenis jaminan (4) limit pertanggungan (4) risiko (4) Asuransi Perjalanan (3) BJPS (3) Bencana (3) CPM / HE (3) Chubb (3) Contractor Plant and Machinery (3) Deductible BI (3) Forwarder Liability (3) G Clause (3) Hukum Dagang (3) Hukum Ketenagakerjaan (3) ICC 1982 (3) ICC 2009 (3) Iklan (3) Incoterms (3) Maipark (3) Pesawat (3) Professional Indemnity (3) Prudential (3) Sengketa Asuransi (3) Sinar Mas (3) hukum (3) periode pertanggungan (3) public liability (3) struktur polis (3) Asuransi Jiwa Jaminan (2) Asuransi Politik (2) Asuransi Sosial (2) Asuransi Tanaman (2) Bank Garansi (2) Bukopin (2) Bumi Asih (2) Clause Motor Car (2) Custom Bond (2) Fronting Company (2) GDEAI (2) Galeri Foto (2) Great Eastern (2) H Clause (2) Hukum Perdata (2) Izin Usaha (2) Kebijakan (2) Khusus (2) Kurikulum Asuransi (2) Market (2) Media Asuransi (2) Opini (2) PMA (2) PSAK 62 (2) Personal Accident (2) Perusahaan atau Korporasi (2) Professional Liability (2) RSKKNI (2) Rangkuman (2) Reportase (2) SPPA (2) Sertifikasi Agen (2) Soal (2) Stockthroughput (2) Undang-undang (2) asuransi tradisional (2) aturan pemerintah (2) danaACA (2) dokumen pendukung (2) ganti rugi (2) harga pertanggungan (2) ifrs (2) indemnity (2) ketentuan (2) kontribusi (2) liability (2) perkecualian (2) product liability (2) rating (2) sharing (2) subrogasi (2) 105 (1) 202 (1) 302 (1) 304 (1) 401 (1) AXA Mandiri (1) Asuransi Jiwa Tugu Mandiri (1) Asuransi Migas (1) Asuransi Parkir (1) Asuransi Petani (1) Asuransi Peternak (1) BRI (1) BTN (1) Badai Sandy (1) Banker Clause (1) Boiler and Pressure Vessel (1) Bosowa (1) Bringin Life (1) Bumiputera Life (1) Burglary Insurance (1) Cakrawala Proteksi (1) Cigna (1) Ciputra (1) Commonwealth Life (1) Contractor Allrisk (1) Daftar Perusahaan Asuransi (1) DanaGempa (1) DanaRumah (1) Dayin Mitra (1) Ekspor (1) Electronic Equipments (1) Emiten (1) Energi (1) Engineering Fee (1) Erection Allrisk (1) FPG Indonesia (1) File Insurance (1) Financial Planning (1) Forum Diskusi (1) Haji (1) Hanwha Life (1) Himalaya (1) IPO (1) ISO 31000 (1) InHealth (1) Insurance Act 2015 (1) J Clause (1) JKN (1) Jokowi (1) KOMPASANGGI (1) KOMPASMEGA (1) Kanker (1) Kebakaran (1) Kelas Konstruksi (1) Kilasdunia (1) Kinerja Asuransi Umum (1) Korupsi (1) Kupasi (1) LPS (1) Lloyd's (1) Loss Limit (1) Manulife (1) Medi Plus (1) Mitra Maparya (1) Multifinance (1) NMA (1) Obamacare (1) P&I (1) P&I Insurance (1) PAYDI (1) PSKI (1) Pailit (1) Pasar Senen (1) Penerbangan (1) Pertambangan (1) Perubahan Iklim (1) Powerpoint (1) Pungutan OJK (1) RBC (1) Ritel (1) SDM (1) Sadar Asuransi (1) Slide (1) asuransi warisan (1) aturan (1) bapepam-lk (1) biaya (1) biro klasifikasi (1) business (1) definisi (1) fungsi asuransi (1) insurable interest (1) jaminan (1) judi (1) kapal (1) komposisi (1) kurs valas (1) kyc (1) laik (1) manfaat asuransi (1) modifikasi (1) ownrisk (1) pemasaran (1) penutupan asuransi (1) perlengkapan tambahan (1) product guarantee (1) proximate cause (1) sistem pemasaran asuransi (1) strategi pemasaran (1)

Blog Archive

Recent Posts